RSS

Palsu



Kau beri harapan padaku
Tapi kini kau abaikan aku
Kau buat diriku hancur dengan menunggumu selalu
Semestinya tak kau beri harapan itu
jika akhirnya dirinya yang kau pilih
kurelakan hati ini lara dalam kesedihan
kurelakan hati ini beku demi dirinya yang disisimu
Melihatmu tersenyum adalah damaiku
Melihatmu termenung adalah galauku
Demi dirimu kurelakan dirinya disisimu

Kasih yang Lalu

Ya Rabbi
Dibwah Maha Kasih-MU aku bermohon
Bantu aku melupakan kasihku yang lalu
Cintaku terlalu dalam untuknya
hingga aku tak dapat lari darinya
Wahai pemilik segala Kasih
Bantu aku mengasihi kasihku kini
Aku tak ingin membuatnya luruh
Ragaku memang bersama kasihku kini
Tapi hatiku masih bersama kasihku yang lalu
Semakin kumencoba melupakan kasihku yang lalu
bayangnya semakin jelas diingatanku
Semakin kumencoba membencinya,
hatiku semakin dalam mencintainy

Memilihmu

Jikalau dulu sebelum bertemu denganmu
ada sebuah pilihan
harus mengenalmu atau tidak mengenalmu
maka aku akan memilih untuk tidak mengenalmu
Tapi sayang pilihan itu tak ada
pilihan itu hanya harapan
aku dipilihkan untuk mengenalmu
dan kini aku tak dapat menghapus ingatanku tentang dirimu

Dalam kebisingan gerbong kereta Malang-kediri


Pengen cerita aja, waktu aku pulang kampung dari malang ke kediri. Seperti yang biasa terjadi digerbong"kereta yang bising, engap dan penuh sesak dengan para penumpang yang tidak dapat tempat duduk ditambah para penjual yang bolak-balik menjajakan dagangannya.
Tak diherankan lagi, para penjual dalam kereta tidak hanya mereka yang dewasa atau tua saja, namun mereka anak"yang masih dibawah umurpun ikut mengadu nasib demi sebutir nasi disana. Tidak hanya yang memiliki fisik cukup, namun mereka yang kurang beruntung fisiknya (tuna netra, tuna wicara,dll) tidak ingin kalah dengan mereka yang beruntung. Aku selalu berfikir, apakah anak"itu akan bernasib seperti itu terus?? kadang aku ingin bertanya, apakah mereka memiliki cita"?? jikalau ia, bagaimana nasib cita"mereka, jika setiap hari mereka hanya bergelut dengan asap, debu, dan kondisi yang seperti itu.
Pertanyaanku tidak hanya tertahan pada anak"dibawah umur itu saja, tapi juga pada mereka para remaja, dewasa yang sama"mengadu nasib di gerbong"hitam itu. Apakah hanya pekerjaan itu (penjual, ngamen, nyapu lantai gerbong, minta-minta) yang mereka bisa lakukan??? tIdakkah ada ketrampilan lain yang lebih layak mereka kerjakan?????? jika mereka sudah berkeluarga dan memiliki tanggung jawab kepda keluarganya, apakah hasil yang sedemikian itu dapat mencukupi kebutuhan keluarganya???

Namun dugaan"ku tidak semuanya benar. seorang kakak yang duduk disampingku, seorang mahasiswi UNM, dia sempat berbincang dengan salah satu penjual asongan digerbong itu. Aku sempat mendengar apa yang mereka perbincangkan, ternyata lelaki penjual asongan itu adalah seorang mahasiswa UB yang sedang menunggu wisuda.

Itulah jawaban dari semua kekhawatiran dan dugaan"ku. Bahwa mereka yang mengadu nasib digerbong hitam itu, tidak sepenuhnya berprovesi seperti itu, namun dibalik semuanya, sebuah cita"mulia tlah mereka bangun, hingga esok menjadi permata yang siap menemani perjalanan hidup mereka yang kan lebih bermakana.

Tentang embUn


Embunku tak lelah menjadi dirinya sendiri. Aku berusaha untuk menerima keinginan embunku, namun hatiQ berat menerima itu. Bagaimana bisa aku harus menunggu embun yang sekejap datang sekejap hilang.... apa yanng embunku inginkan, aku rabun melihatnya, aku tak mengerti dibalik semua maksud embunku dengan keadaan yang dia pilih. mungkinkah bahagia dibalik semua semu yang dia perlihatkan, atau sebuah penantian tiada batas yang ia kan berikan??? beribu pertanyaan menari-nari diingatanku, setiap hembusan nafasku, disetiap malam"ku, disetiap sujud malamku... sempat kuberfikir andai ada matahari yang dapat menghapus embunku..., namun bintangku mengetukku, meskipun embun sekejap datang sekejap hilang, namun dia slalu setia dengan pagi, tak peduli mendung ataupun cerah,dia tetaplah ada.. ketika malampun dia ada meski tak menampakkan dirinya, dia menjaga hari tanpa harus menampakkan dirinya. namun matahari, jika mendung datang... dia tak berani muncul..., jika malam datang dia tergantikan... aku tersadar, betapa setianya embun, mungkin penantian ini akan tetap kujaga.. biarpun kini tersiksa batin, namun semoga Sang pemilik kehidupan mendengan setiap do'a harapanku dengan embun hingga menuju kehidupan yang diridhoi_NYA. Embun dengarlah slalu harapan sang pagi.

About Me

Foto Saya
Aulia
Kediri, Jawa Timur, Indonesia
Dosen dan Guru di kediri
Lihat profil lengkapku

Klik Kanan