Ingatanku terlalu sibuk mengingatmu
Kepalaku terlalu sesak mengingatmu
Setiap nafas yang berhembus seolah selalu mengucap namamu
setiap pejaman mata adalah harapan untuk slalu melihatmu
setiap mimpi, bahkan masih bercerita tentangmu
seolah tak mau pergi. Dimanapun, kapanpun
Aku tak pernah mengenal kemarau
Karena kau selalu menumbuhkan semi di jiwaku
Aku tak pernah mendengar nada sumbang
karena kau selalu menyanyikan lagu yang suaranya adalah bagai angin membelai ilalang
seperti itu ia hinggap di pendengaranaku
Bahkan kalimat yang keluar dari mulutmu, bagaikan nada tangga lagu yang liriknya datang dari surga
Kau mampu melukis senyum di bibirku
kau mampu menghadirkan pelangi di setiap hariku
Namuun...
Nada sumbang yang tak pernah ku dengar, kini hinggap di pendengaranku
Angin yang dulunya terdengar bagai nyanyian dari surga,
kini ia bagai topan yang memporak-porandakan jiwaku
Ya...
semua itu kurasakan kala kabarmu telah tiba
Kau pergi bersama musim semi, kau pergi bersama angin surga itu
Ku pergi...
Ingin rasanya kubagi separuh nafasku denganmu
andai bisa terbagi...
Ingin rasanya kubagi nyawaku denganmu
andai bisa terbagi...
Begitu hebat kau lambungkan bahagiaku,
begitu cepat kau hempaskan aku dalam jurang kepedihan.
Pelangiku tlah kau bawa pergi, bersama nafasmu yang terbang menuju Illahi
Kini hatiku digenangi air mata kepedihan karenamu
Kepalaku terlalu sesak mengingatmu
Setiap nafas yang berhembus seolah selalu mengucap namamusetiap pejaman mata adalah harapan untuk slalu melihatmu
setiap mimpi, bahkan masih bercerita tentangmu
seolah tak mau pergi. Dimanapun, kapanpun
Aku tak pernah mengenal kemarau
Karena kau selalu menumbuhkan semi di jiwaku
Aku tak pernah mendengar nada sumbang
karena kau selalu menyanyikan lagu yang suaranya adalah bagai angin membelai ilalang
seperti itu ia hinggap di pendengaranaku
Bahkan kalimat yang keluar dari mulutmu, bagaikan nada tangga lagu yang liriknya datang dari surga
Kau mampu melukis senyum di bibirku
kau mampu menghadirkan pelangi di setiap hariku
Namuun...
Nada sumbang yang tak pernah ku dengar, kini hinggap di pendengaranku
Angin yang dulunya terdengar bagai nyanyian dari surga,
kini ia bagai topan yang memporak-porandakan jiwaku
Ya...
semua itu kurasakan kala kabarmu telah tiba
Kau pergi bersama musim semi, kau pergi bersama angin surga itu
Ku pergi...
Ingin rasanya kubagi separuh nafasku denganmu
andai bisa terbagi...
Ingin rasanya kubagi nyawaku denganmu
andai bisa terbagi...
Begitu hebat kau lambungkan bahagiaku,
begitu cepat kau hempaskan aku dalam jurang kepedihan.
Pelangiku tlah kau bawa pergi, bersama nafasmu yang terbang menuju Illahi
Kini hatiku digenangi air mata kepedihan karenamu
tak ada yang mampu hinggap dalam hati yang penuh dengan kubangan air, sisa hujan kemarin
Postingan
