RSS

Hidup yang mati

Kemana perginya suara indah kicauan burung
Kemana perginya harum wangi rumput
Kemana perginya indah warna langit biru
Kemana perginya merdu rintik hujan
Kemana perginya terik semangat matahari

Semua terasa biasa saja
Saat hidupmu sudah kehilangan rasa
Saat itulah, hidupmu tak lagi hidup

Kediri, 10.05.2020

pernah

kau sapa dengan mata
kuterima dengan penuh tanya
kau jawab dengan rasa
kuterima dengan rela
itu dulu, saat awal jumpa

lalu, jalan didepan terbuka
kita lalui berdua,
aku dan kamu memadu asmara
dalam ikatan cinta remaja
itu kita yang telah sudah

kini, semua hanya menjadi pernah
segala yang sudah
yang awalnya tak pernah benar benar berakhir
kini, jalan berbeda yang kita pilih
dan inilah akhirnya

kisah yang pernah
kini akan menjadi kenangan yang suati saat akan kita rindukan meski kita sudah berbeda jalan.

Mengenangmu

suatu saat, aku akan mengunjungi tempat-tempat yang pernah kita kunjungi.
lalu kutuang rindu meski hanya sendiri.
kau cukup dengar doaku.
semoga kita masih bisa bertemu
di tempat yang abadi.

Lebur

Rinduku atasnya
Rasaku atasnya
Asaku atasnya
Kini telah sayu
Waktulah yang meleburkan segalanya

Sinopsis Novel Titian Nabi



Di sela kegalauan saya menunggu acc sidang skripsi dari dosen pembimbing skripsi saya, saya menggunakan masa galau saya ini dengan membaca sebuah novel. Novel yang sebenarnya sudah lama saya beli di tahun lalu, namun baru terbaca sekarang (hehehe, kelupaan). Dari novel ini saya mendapatkan pesan yang Insyaallah akan melancarkan acc skripsi saya, AMIN.

Judul  Novel : Titian Nabi
Penulis        : Muhammad Masykur A.R. Said
Penerbit       : Diva Press
Jumlah hal.   : 418
Sinopsis oleh : Aulia Rohmawati

Kisah yang terdapat di novel ini sungguh mengharukan dan penuh dengan hikmah dan pelajaran. Pembaca benar-benar di bawa pada situasi dalam novel tersebut. Banyak sekali nasehat-nasehat yang dipaparkan. Setiap kejadian pada novel tersebut mengandung hikmah dan pelajaran tak ternilai. Setelah membaca novel tersebut, pembaca akan mengerti arti cinta yang sebenarnya dan bagaiman cinta yang benar di mata Allah. Semua kisah dalam novel ini benar-benar membuat hati tergetar dan menjadikan pembaca rindu kepada Penciptanya (Allah swt.) Oleh karena itu, saya menulis resensi ini untuk membagi keindahan novel ini kepada pembaca lain. Saya rekomendasikan untuk membeli novelnya, membaca sendiri ceritanya dan merasakan kehebatan isi dari novel tersebut.
***
 Kisah ini diawali dengan pertemuan Zahratul Jamilah dan Fauzan Attar (Tokoh utama dalam novel ini). Waktu itu latarnya masih tahun 1999 di daerah Sulawesi Selatan, ketika Zahra berumur 15 tahun. Di umur yang cukup dini itu, Zahra mulai mengenal cinta. Seorang lelaki telah mampu mengetuk hatinya dengan kalimat-kalimat cinta yang ia lantunkan kepada Zahra. Pertemuan mereka bukannya tanpa sebab, dan bukan juga karena kebetulan, karena dalam Islam semua yang terjadi tidak ada yang kebetulan, Allah telah mengaturnya dalam Lauhul Mahfudz. Pertemuan itu terjadi ketika salah satu Ikatan Alumni pondok terbesar di Sulawesi Selatan DDI (Darud Da’wah Wal Irsyad) mengadakan sebuah Seminar. Zahra bersama Aisyah sahabatnya adalah salah satu peserta seminar tersebut. Mereka adalah salah satu peserta yang paling muda, peserta lain umunya setingkat mahasiswa dan sma. Namun bagi mereka menuntut ilmu itu tidak perlu di ukur lewat usia, semua orang mempunyai hak untuk mendapatkan ilmu. Ketika sebelum acara seminar dimulai, seorang pemuda yang tak lain adalah Fauzan Attar menghampiri Zahra dan Aisyah. Attar sudah sangat yakin sekali bahwa kedua gadis yang didepannya ini salah satunya adalah gadis yang ia cari-cari selama bertahun-tahun. Bunga yang dulu hilang kini kembali dihadapannya dengan kelopak yang lebih indah. Untuk meyakinkan keyakinannya tersebut, seusai seminar, Attar meminta Aisyah untuk mengantarkan Zahra ke sebuah tempat yang mungkin ketika Zahra ke tempat tersebut, Zahra akan ingat akan dirinya.
Ternyata, Zahra dan Attar sudah bertemu semenjak Zahra masih berumur 6 tahun. Hal itu terjadi lantaran ketidak sengajaan Attar yang mematahkan ranting pohon dan mengenai tangan Zahra sampai jari manis sebelah kiri Zahra patah yang menyebabkan ia tak memiliki jari manis hingga saat ini. Namun ketidak lengkapan jari zahra tersebut tidak menyurutkan kecantikannya, yang jika dibandingkan dengan mawar, maka seribu kelopak mawarpun masih kurang untuk menggambarkan kecantikan Zahra. Kecantikan tersebut dipancarkan Zahra lewat kebaikan hatinya. Zahra mengerti bahwa kejadian yang menimpanya 9 tahun lalu merupakan ketidak sengajaan Attar yang saat itu masih anak-anak, dan wajar jika anak-anak melakukan kenakalan tersebut, dan Zahra memaafkannya. Saat pertemuan kali itu, Attar mengungkapkan janjinya yang sebenarnya sudah ia ikrarkan ketika kejadian itu terjadi 9 tahun lalu. Attar berjanji akan selalu melindungi Zahra. Pertemuan kali itu telah menumbuhkan benih cinta dianatara Zahra dan Attar.
Semenjak pertemuan kali itu Zahra dilanda kerinduan yang sangat menyesakkan hatinya. Namun hal itu tak berlangsung lama, dua hari kemudian Aisyah, yang tak lain adalah sahabat Zahra dan juga adik dari Malik sahabat Attar mengantarkan sebuah surat merah jambu dari Attar kepada Zahra. Surat itu berisikan niat dan isi hati Attar untuk menjadikan Zahra bunga hatinya, menjadikan Zahra sebagai kekasihnya. Zahra membalas surat Attar bukan dengan jawaban yang sebenarnya ia inginkan, memang Zahra juga menaruh hati pada Attar, namun sebagai perempuan ia harus menyembuyikan perasaan itu, ia tidak serta merta menumpahkan perasaannya kepada lelaki yang ia sukai. Pesan dari orang tuanya selalu ia pegang, Sebagai seorang perempuan ia harus jual mahal kepada lelaki agar lelaki tidak menganggap rendah perempuan. Ia menulis balasan surat untuk Attar dengan hati-hati dan bijaksana, berharap kata-katanya tak menyakiti hati Attar. Sejurus kemudian, Attar melayangkan surat balasannya lagi. Kali ini ia mencoba meyakinkan hati Zahra tentang cintanya yang benar-benar tulus kepada Zahra.  Berikut ini adalah penggalan surat yang ditulis Attar.
“…….Setelah membaca suratmu, aku tiba-tiba menyadari betapa engkau adalah berlian yang sangat indah, cantik dan sangat mahal. Aku tidak mungkin menilaimu dengan materi, karena hatimu hanya bisa dibeli dengan kesucian cinta.
“…..meski engkau tidak memiliki tangan sekalipun, aku tetap akan mencintaimu apalagi dengan hanya satu jari saja yang hilang.
Setelah surat tersebut mendarat ditangan Zahra dan masuk dalam relung hatinya, Zahra menerima kehendak Attar untuk menjadikannya sebagai kekasih hati. Zahra sebenarnya bingung dan takut dengan keputusannya untuk menerima Attar. Kemudian Zahra menanyakannya pada imam masjid yang ia anggap sebagai ayah angkatnya. Imam masjid (Ustadz Muzakkir) kemudian menasehati Zahra dengan sangat bijak. Berikut ini adalah penggalan nasehat dari Ustadz Muzakkir.
“…..perasaan itu adalah hakmu sebagai manusia.
“…Tapi, ingat, anakku, jangan sekali-kali kamu diperdaya oleh cinta. Hiasilah cintamu dengan iman dan rasa malu. Ingat! Bahwa Allah dan Rasul-Nya adalah tujuan cinta kita…”
“…di antara mereka yang dijanjikam dengan payung pada hari kiamat, adalah dua orang yang saling mencintai karena Allah dan saling berpisah karena Allah…”
Zahra tak ragu lagi dengan keputusannya. Namun kisah cinta yang didambakan Zahra tak seelok yang kita bayangkan. Sedikit sekali mereka merasakan musim semi, dan kini kisah cinta mereka harus merasakan musim kemarau yang sangat panjang. Hal ini dikarenakan Attar yang harus pergi ke Kairo, Mesir untuk melanjutkan studinya. Attar adalah satu-satunya santri DDI yang mendapatkan beasiswa ke Al-Azhar. Malik sahabatnya, tidak mendapatkan kesempatan tersebut, namun ia tetap berangkat ke Al-Azhar dengan jalur mandiri. Sebelum berangkat ke Kairo, Zahra meminta Attar untuk datang kerumahnya, untuk menemui kedua orang tuanya. Zahra tidak ingin membohongi kedua orang tuanya, ia juga ingin meyakinkan cinta Attar, bahwa cintanya tidak main-main. Alhamdulillah orang tua Zahra merestui mereka. Orang tua Zahra mengerti dan sangat percaya, bahwa orang berpendidikan agama luas seperti Attar mampu menggandeng putrinya ke jalan yang benar dan diridhai Allah.

About Me

Foto Saya
Aulia
Kediri, Jawa Timur, Indonesia
Dosen dan Guru di kediri
Lihat profil lengkapku

Klik Kanan